Thursday, June 30, 2011

Renungan : Kesalahan

Kesalahan .Kha, 30 Jun 2011 12:09

Syed Alwi Al Atas
Editor: RosNiza Abdullah
From : http://iluvislam.com/

Janganlah membenci ketetapan yang telah menentukan terjadinya sebuah kesalahan, dan janganlah menganggapnya sebagai sesuatu yang begitu buruk hingga kita berputus asa kerananya. Sesungguhnya kesalahan itu dapat menjadi pengantar untuk peroleh suatu kebenaran. Kesalahan juga bisa menjadi sebuah proses yang efektif dalam mempelajari dan meraih sesuatu yang positif. Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, atau tidak mengenal dengan baik tentang hal-hal yang salah, tidak akan pernah benar-benar menghargai nilai sebuah kebenaran serta selok-belok jalan menuju pengetahuan.

Tidak sedikit orang yang sampai pada kebenaran dan kebaikan yang besar melalui pintu kesalahan. Ummul Banin merupakan salah seorang di antaranya. Sebagaimana disebutkan dalam buku Mereka yang Kembali karya Ibn Qudamah (Risalah Gusti, 2000: 196-7), Ummul Banin merupakan putri Abdul Aziz bin Marwan, salah satu penguasa Bani Umayyah. Suatu hari ia dikunjungi oleh Azzah yang bersahabat dengan seorang penyair bernama Kutsayyir.

Lalu ia bertanya pada Azzah, "Wahai Azzah, apa maksud dari perkataan Kutsayyir:

Setiap orang membayar hutangnya

Aku ketahui orang yang meminjaminya

Akan tetapi Azzah orang yang suka mengulu-ulur

Yang suka mempersulit

Kepada orang yang meminjaminya

Hutang apakah yang dimaksudkan oleh Kutsayyir itu?"

Maka Azzah merasa enggan untuk menjawabnya. "Maafkan aku," ujarnya.

"Kamu harus memberitahukannya kepadaku?" desak Ummul Banin.

Maka akhirnya Azzah pun menjawabnya. "Memang dulu aku pernah berjanji bersedia untuk diciumnya, dan dia pun datang kepadaku untuk meminta apa yang telah kujanjikan itu. Akan tetapi, aku merasa berdosa kepada dirinya dan aku sendiri tidak akan mungkin memenuhi janjiku itu," jelas Azzah.

Mendengar penuturan ini, Ummul Banin pun berkata, "Tepatilah janjimu kepadanya dan akulah yang akan menanggung dosanya."

Setelah mengucapkan hal ini, Ummul Banin kemudian tersadar betapa salah ucapannya tersebut. Tak ada seorang pun yang dapat menanggung dosa orang lain. Dengan ucapannya itu, ia telah mendorong orang lain untuk melakukan perbuatan dosa.

Ia telah melakukan sebuah kesalahan yang besar. Sebuah perkataan yang ringan saja, hanya sebuah kalimat yang terdiri atas beberapa buah kata, tapi ia bisa menjerumuskan orang lain pada perbuatan dosa. Dengan kalimat itu, ia sendiri telah melakukan sebuah dosa dan kesalahan.

Lalu ia pun menyesal. Ia memohon ampun pada Allah dan menebus kesalahannya itu dengan cara memerdekakan empat puluh hamba sahaya. Ia juga menangis setiap kali teringat akan ucapannya, sampai-sampai menjadi basah kerudungnya disebabkan lelehan air mata. Lalu ia berkata, "Mengapa tidak bisu saja mulutku ini ketika aku mengatakan hal itu?"

Sejak saat itu ia berubah menjadi seorang ahli ibadah. Ia selalu solat malam dan senang berkumpul dengan para wanita ahli ibadah. Semoga Allah merahmatinya.

Ummul Banin telah melakukan kesalahan, tapi ia kemudian menyesalinya. Ummul Banin telah terjatuh pada sebuah kesalahan, tapi kesalahan itulah yang terus membawanya pada kebaikan yang besar. Kesalahan tetaplah sebuah kesalahan. Akan tetapi cara kita merespon kesalahan itu dapat memberi perbezaan yang sangat bererti. Respon yang salah akan membawa seseorang pada kesalahan dan keburukan yang lebih besar lagi. Respon yang tepat mampu menghantarkan pada perbaikan diri dan keberhasilan.

Inilah yang dimaksud oleh Ibn Taimiyah ketika menjelaskan bahawa semua yang ditetapkan Allah adalah baik, lalu murid-muridnya bertanya, "Apakah yang demikian itu (kebaikan, pen.) juga termasuk untuk qadha' (takdir) dosa?" Maka beliau menjawab, "Benar, tapi dengan syaratnya." Dan syaratnya adalah menyertai kesalahan dan perbuatan dosa itu dengan sesuatu yang disukai Allah, berupa penyesalan, taubat, ketundukan dan tangisan (Ketika Allah Menguji Kita, Tarbawi Press, 2010: 251-252). Wallahu a'lam bish showab.

- Artikel iluvislam.com

Biodata PenulisSyed Alwi Alatas. Dilahirkan pada 1 September 1974 di Jakarta, Indonesia. Alwi Alatas telah pun menulis 19 buku, kebanyakannya telah dicetak di Indonesia. Beliau menerbitkan buku di Malaysia pada awal 2010. Buku-bukunya adalah berkenaan sejarah, keremajaan, agama, motivasi, cereka dan bukan fiksyen. Beliau menjadi ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Malaysia dari 2008 -2010. Pada masa itu, dia melakukan PhD di International Islamic University Malaysia (IIUM). Antara buku yang terkenal adalah Senyumlah Apa Pun Masalahmu Ia Pasti Akan Berlalu, Bila Allah Menduga kita dan lain-lain lagi.

No comments: